Posts

Showing posts from July, 2022

CATATAN DALAM NOVEL JATISABA

Image
Catatan ini merupakan kelanjutan postingan sebelumnya, tentang kutipan-kutipan dalam novel Jatisaba. Ada 139 kutipan keren pada novel 241 halaman ini, yang saya bagi dalam beberapa kategori yakni: hal-hal menarik, kritik, estetika bahasa, penggambaran yang detail, nilai budaya, hal-hal lucu, serta quotes . Di samping itu ada pula 18 kelemahan yang perlu diperhatikan, yakni typo (salah ketik), kesalahan ejaan dan tanda baca, ketidaktepatan penggunaan diksi, pleonasme, perbandingan yang kurang sesuai, serta penjelasan yang kontradiktif  A. Hal-hal menarik:  Refleks perempuan ketika berdekatan dengan lelaki, selalu menganggap ada yang salah dan buruk dalam dirinya dan harus diperbaiki atau ditutupi. (7) K epayahan perempuan berikutnya: mudah terkesiap oleh barang-barang. (7) Malam-malam tanpa angin begini, jika kau merasa ada sesuatu berembus di tubuhmu, maka itu adalah napas hantu (16) Tidak ada tanda kehidupan yang mampu mereka pertahankan selain membuat dan melahirkan anak. (26)   Mere

JATISABA: Keindahan Cerita di Balik Ketidakselarasan Desa

Image
Kadang saya membeli buku tanpa kenal penulisnya. Saya hanya berpedoman pada ulasan di internet, membaca ringkasan atau blurb di bagian belakang buku, atau rekomendasi penulis  yang sudah saya ketahui kualitasnya. Novel ini contohnya. Saya tertarik karena Ahmad Tohari, pengarang yang sudah saya ketahui kesaktiannya, turut campur dengan menulis sedikit ulasan di kover depan. Dan ternyata, novel ini memang bagus.   Jatisaba menceritakan kehidupan TKW ilegal yang terjebak dalam perdagangan manusia. Mae, tokoh utama novel ini, terpasung dalam sindikat jual beli manusia sehingga tak bisa pulang. Ia baru diizinkan menyambangi kampung halamannya--bahkan boleh tak kembali--dengan syarat membawa wanita-wanita lain sebagai pengganti. Melalui negosiasi yang tak menguntungkan, Mae pun bisa mencium kembali aroma tanah kelahirannya--meski terus dikuntit dan dalam pengawasan ketat.  Gadis yang digambarkan sebagai mantan kembang desa ini tiba menjelang Pilkades. Seperti pada umumnya, para calon kepala

BUKU BEKAS: Barang Bekas yang Tak Kenal Kedaluwarsa

Image
Saya kenal dan mulai belanja barang bekas setelah lulus SMA, sekitar 30 tahun yang lalu. Alasannya klise, harganya murah, masih nyaman dipakai, dan syukur-syukur bermerek.Cocok dipakai mbois-mboisan muda. Apalagi setelah lulus SMA saya berprinsip tak ingin membenani keuangan orang tua--yang tinggal ibu saja. Jadilah barang bekas (istilah kerennya seken) menjadi pilihan memenuhi kebutuhan. Mula-mula barang seken yang saya beli berupa pakaian: celana jins, jaket, dan kemeja kotak-kotak yang kami sebut Samijo. Saya (dan teman-teman) tak tahu sebutan aslinya. Hanya karena kemeja yang biasa dipakai lakon-lakon dalam film koboi itu kebetulan bermerek Samijo, kami menamainya Samijo. Setelah beberapa lama, baru kami tahu istilahnya: kemeja flanel. Kegemaran membeli barang bekas berlanjut ke sepatu, ponsel, kamera, barang kebutuhan sehari-hari, dan terakhir: buku.  Pasar loak Comboran, Malang Sumber gambar: motogokil.com Buku masuk dalam list barang bekas yang saya gandrungi karena sejak kecil